Jumat, 20 September 2013

Sincerely, your Secret Admirer

Aku berada pada sebuah sore yang bergerak perlahan ke arah senja. Langit berbias warna jingga dengan semburat cahaya matahari yang mulai meredup. Ada angin yang bergerak perlahan, mengalirkan udara halus yang menyentuh segala sesuatu. Ketika menyentuh dedaunan, memunculkan suara gemerisik yang lembut. Ibarat bisikan seseorang yang membangunkanku dipagi hari. Ketika menyentuh tubuh, begitu ringan gerak angin itu. Ibarat hembusan nafas yang mengalir di relung telingaku.
Ingin aku selalu dekat seseorang itu, tak beranjak. Ingin aku melekatkan telinga pada dataran dada penutup bilik jantungnya, mencari deburan jantungnya yang berdetak.
Sore ini aku kembali melihat wajah cerah dari seseorang itu. Bagai mentari yang bersinar saat malam mulai tertidur. Ya, aku memetik senar gitarku dan mulai bernyanyi, nyanyian rintihan hati yang menuju hanya padanya. Cukup bagiku melihat seseorang itu tersenyum manis disetiap harinya.
Matahari kini mulai pergi menuju tidurnya. Kudapati senyum tipis yang dia berikan saat melihatku. Ah, tehku mulai datang. Dengan cangkirnya yang kecil tercium aroma teh yang semerbak. Saat aku mulai meminum tehku seakan tiada orang yang boleh menyicipi, bahkan meminum secangkir denganku. Aku tidak mau kehilangan tehku, seperti aku sesekali kehilangan debur jantung, dan wajah cerahnya.

Sabtu, 31 Agustus 2013

Sometimes you WIN sometimes you Learn

Motivasi dalam hidup saya ya hanya itu.
saya selalu berfikir kenapa saya itu gagal. bukan sering, ya manusia pasti pernah merasa gagal. Gagal dalam hal apapun itu.

Saya gagal bukan hanya dari eksternal tapi juga internal. Jujur saya belum sepintar orang-orang pemakan buku diluar sana, saya belum sehebat orang-orang yang punya kelebihan lebih banyak dari saya diluar sana. Saya masih di dalam rumah. Rumah kecil, dan kosong.
Saya belum berani bertarung melawan suasana diluar sana. kadang dingin, kadang panas. kadang terang, kadang gelap. kadang berwarna, kadang hampa. hampir sama dengan rumahku tapi saingan disana? mungkin lebih dari apa yang saya bayangkan.
Buku yang selama ini saya punya saja terkadang saya biarkan berdiam dalam rak. kelebihan yang selama ini saya punya saja terkadang belum saya kembangkan. mungkin bisa dibilang saya kurang peka.
Ya ini hidup saya.

Aku pernah sekali menang. yea! I rock you! itu saja hanya sesaat. saya bahagia waktu orang-orang itu kagum kepada saya. bukan sombong, tapi memang, aku berhasil.

Didalam rumah kecil saya, saya belajar. Didalam rumah kecil saya, saya berlatih. kadang saya mencoba mengambil crayon-crayon itu dan mulai mewarnai isi rumah saya. tapi terkadang juga saya hanya diam dan tidak berharap pada apapun disekitar saya.
Hidup ini kadang manis kadang pahit. tenanglah. Tuhan itu adil, percaya itu? saya percaya.
Sometimes you win, sometimes you learn. bagai roda berputar sampai ujung nanti, waktu dimana kita semua akan berkumpul. gali terus apa yang dipunya agar kelak kita menang.

Minggu, 28 Juli 2013

Seharusnya itu Aku

Seharusnya itu aku. Buktinya aku ada kok. Aku ada tapi kamu seakan buta.
Seharusnya itu aku. Buktinya setiap pagi aku menyapa. Aku menyapa tapi kamu seakan tuli.
Seharusnya itu aku. Buktinya aku selalu berusaha dekat. Aku berbicara, aku cerita tapi kamu seakan menyepelekannya.
Seharusnya itu aku. Buktinya aku selalu mendoakanmu. Aku mendoakanmu tapi kamu seakan terhipnotis dan tidak merasakan apapun
Seharusnya itu aku. Buktinya aku melihatmu jauh lebih lama. Aku melihatmu tapi kamu seakan cuek.
Seharusnya itu aku. Buktinya aku selalu memanggil lengkap namamu tanpa ejekan. Aku memanggilmu tapi kamu seakan merasa biasa saja.
Siapa orang yang selalu menyapamu dipagi hari? Siapa yang selalu melihatmu? Siapa yang memanggilmu? Itu aku.
Aku memang nakal. Tapi aku tidak suka rokok, aku tidak suka perkelahian, dan aku pun tidak tau apa itu vodka dan ganja. Sial. Aku mulai suka denganmu.
Teman-temanku anak polos. Aku mulai ingin merubah diriku. Aku ingin terlihat sempurna dimatamu. Ya seharusnya itu aku.
Aku dulu merasa broken home, sampai akhirnya aku punya kelainan dijantung. Aku ingin merasa bahagia dirumah dan sehat. Agar kamu tau aku bahagia. Mungkin kamu suka orang yang ceria. Ya seharusnya itu aku.
Tapi apadaya. Aku adalah Nada. Tulisanku tak sebagus Chairil Anwar tapi dari benih papah dan ketulusan alm mamah jadilah Nada Rizqi Pratiwi. Ini untukmu. Seharusnya itu aku ya.

Sabtu, 27 Juli 2013

Berharap.

Anggap saja aku ini sebuah bintang dilangit. Jauh. Aku melihatmu dari kejauhan, kamu tidak. Diam-diam aku melihatmu tanpa alasan. Memang tanpa alasan bagiku. Aku mungkin terserempet karma itu. Kamu tidak sadar?
Anggap saja aku ini sebuah awan yang menemanimu sepanjang hari meski dirimu tertutup oleh atap itu. Aku melihatmu dari kejauhan, kamu tidak. Diam-diam aku mencoba bergerak dan mengintip dirimu dari balik jendela. Melihat dirimu tersenyum, tertawa, dan berbicara.
Anggap saja aku ini angin yang mencoba berhembus memberimu kesejukan meski diluar itu panas. Aku melewati pintu dan jendela, kamu tidak. Diam-diam aku datang berharap dirimu baik.
Namaku Nada. Aku berharap aku bisa memberi alunan indah dalam kehidupanmu. Aku ini tak pandai bernyanyi, aku juga tak pandai bermain alat musik. Namaku Nada. Nada yang berarti embun. Bagiku embun itu istimewa. Istimewa saat pagi datang. Selalu ditunggu diatas daun. Aku ingin seperti embun yang ditunggu oleh daun sepertimu. Aku ingin seperti embun. Istimewa. Yaa. Istimewa bagimu. Haha aku memang bodoh. Aku hanya perempuan biasa. Aku hanya berimajinasi. Andai aku seperti embun.

Kamis, 25 Juli 2013

Aku, Seseorang, Ubi madu dan Ombak

Mungkin aku bisa bilang kalo 'today was a fairytale' untuk kedua kalinya.
Hari ini aku bercengkrama dengan seseorang itu yang menunggu ombak datang. Dia suka ombak. Sedangkan aku suka ubi. Aku wanita yang berlemak pecinta ubi. Dan aku mencintai seorang lelaki itu. Dia mungkin juga cinta dengan ubi. Ubi yang manis, ubi madu. Aku juga suka itu. Dia selalu merasakan angin ditepi pantai dan menunggu ombak kecil menghempas telapak kakinya. "Aku suka ombak itu" katanya. "Aku suka ubi madu" aku bilang. Dia cinta pantai. "Apa kamu belum kapok juga menginjak bulu babi itu?" "Tidak jika aku masih ada yang peduli seperti kamu" katanya. "Kamu mau ubi madu? Rasanya lezat, mungkin kamu akan mencintainya seperti mencintai pantai dan ombakmu." Melirik penuh arti sorot bola matanya melihatku. Dia tersenyum manis. "Apa ubi madu manis? Apa ubi madu semanis wajahmu?" Aku terkejut, mungkin wajahku akan memerah seperti tomat. Hujan semalam seputih salju melihat hati yang berbunga. Sudut hatinya seakan menyuruhku untuk masuk. Itu yang aku rasakan. Ubi madu selalu lezat dan manis bagiku. Bukan karna rangkaian kata yang terlontarkan dari mulutnya yang manis saat aku memakan ubi madu. Hempasan ombak memang indah. Aku juga suka itu. Bukan karna dia mencintai ombak. Tapi, aku memang suka ombak.
Saat ubi madu disantap dengan merasakan hempasan ombak memang menyenangkan apalagi aku santap berdua dengannya. Aku tak peduli. Ombak itu seorang itu yang aku suka. Mungkin aku akan merasakan rajutan kasih. Mungkin. Aku kubuat dia mencintai ubi madu sepertiku.
Semoga kita masih bersama. Itu yang aku harapan.

Selasa, 23 Juli 2013

Aku hanya Pelayan

Disana ada seorang lelaki bertubuh besar dengan senyum manis yang sedang menunggu daging potong yang diantar oleh pria tua. Lekaki itu selalu terlihat bijak. Sungguh. Aku sendiri hanya seorang pelayan toko disudut kota kecil. Hampir setiap hari aku melihatnya. Dia membawa cincin emas hari ini. Mungkin dia akan ikut sayembara dan melamar seorang putri, sedangkan aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan.
Terkadang aku merasa hal yang berbeda saat dia menatap aku dan tersenyum. "Haha dasar bodoh. Dia tidak akan menyukaiku". Ya begitulah.
Setelah mendapat daging potong lelaki itu mulai berjalan dan dia menjatuhkan cincin emasnya. Segera ku ambil cincin itu dan kukembalikan padanya, "Tuan ini milik tuan bukan? Tadi terjatuh dekat meja" dan dia menatapku "terimakasih, cincin ini titipan dari seorang pangeran sana"
Terkejut aku mendengarnya, ternyata bukan miliknya.
Hatiku berbunga dan kami sempat bertatapan. Matanya hitam berkilau.
Seribu jalan menuju gang hatinya. Aku masih terus berjalan sampai mata hatinya melihatku. Ya.. sampai mata hatinya melihatku. Aku hanyalah seorang pelayan yang sedang menganggumi seorang pria yang mungkin tidak sederajat denganku.

Selasa, 02 Juli 2013

Tidak semua yang berkilau itu indah

Hari ini saya kembali bercengkrama dengan sesorang yang memiliki bola mata yang indah. Desah angin yang bertiupan kembali datang membuat letak itu berterbangan entah kemana.
Seriously? saya saja hampir tidak percaya. Sempat berharap please never grow up. Semakin tumbuh semakin cepat layu dan mati ibarat setangkai bunga.
Saat dia bersama yang lalu kembali dalam suatu wilayah bersama, burung merpati putih datang dan berkata, sudah, dia bahagia. Are you kidding me? Ibuk periku entah kemana. Am I crazy? Fish!
Suasana berubah, Hening. Saya masih ragu. saya terus berlari sampai terjatuh dalam jurang yang curam. saya melihat mereka terikat dalam suatu tali hubungan. That's hurt.
Entah apa yang ada dalam pikiran saya. Saya membuat rakit dan segera menuju ke sungai kotor didepan mata saya dengan harapan saya bisa keluar. ternyata saya salah. Bayang-bayang itu masih selalu datang disaat aku terombang-ambing diatas air.
Setelah beberapa lama terombang-ambing saya melihat kerajaan megah disana, saya dengan gaun yang saya kenakan saat ini memberanikan diri untuk memasukin istana itu. Oh God, why? ternyata kerajaan ini milik mereka. saya salah lagi.
Saya berlari dan sekarang saya berada didalam hutan lebat. Sendirian. Tanpa sinar bola matanya yang indah.
Saya berharap saya tidak terlalu mengharapkannya seperti dulu. Bagai mimpi buruk jikalau dia ada.